Dosen UIN Walisongo Tawarkan Sistem Kontrol Teleskop Jarak Jauh untuk Optimalisasi Ru’yatul Hilal
DEPOK[BahteraJateng] – Dosen Ilmu Falak sekaligus Koordinator Bidang Observatorium UIN Walisongo, M. Ihtirozun Ni’am, mempresentasikan hasil risetnya dalam forum Annual International Conference on Islam, Science and Society (AICIS+) yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama di Kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok.
Dalam forum tersebut, Ihtirozun Ni’am—yang akrab disapa Izun—membahas inovasi teknologi ru’yatul hilal melalui riset berjudul “Transformation of Lunar Crescent Observation Technology (From Close-Range Control Toward Tele-Remoting Control)”.
Ia menawarkan konsep transformasi sistem kontrol teleskop dari yang semula dilakukan secara langsung menjadi kontrol jarak jauh (tele-remoting).
Menurutnya, transformasi ini menjadi langkah penting untuk meningkatkan keberhasilan observasi hilal di Indonesia.
“Kendala besar dalam pelaksanaan ru’yatul hilal selama ini adalah tidak meratanya persebaran lokasi pengamatan. Sering kali daerah yang cuacanya cerah justru tidak melaksanakan pengamatan,” jelasnya dalam sesi Open Panel bersama Prof. Ilman Nafi’a (UIN Cirebon), Vandan Wiliyanti (UIN Lampung), dan Umi Mahmudah (UIN Pekalongan) pada Rabu (29/10).
Izun mencontohkan kondisi saat penentuan awal bulan Jumadil Akhir 1445 H, di mana dari 15 titik pengamatan hilal di Indonesia, sebagian besar berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
“Jika semua lokasi itu tertutup awan atau hujan, maka hilal berpotensi gagal diobservasi, meski secara teori sudah memenuhi kriteria imkanur ru’yah,” ujarnya.
Hal serupa juga terjadi pada penentuan awal Muharram 1446 H. Dari 19 titik ru’yah, mayoritas berada di Pulau Jawa, sedangkan wilayah dengan kondisi langit cerah seperti Bali, NTT, Sulawesi Selatan, dan sebagian NTB justru tidak melakukan pengamatan.
Melalui risetnya, Izun menawarkan solusi berupa penempatan teleskop di berbagai wilayah strategis yang dapat dikendalikan dari pusat secara daring.
“Dengan sistem kontrol jarak jauh, keterbatasan sumber daya manusia di lokasi-lokasi potensial bisa diatasi. Secara saintifik, teleskop cukup dikendalikan dari jarak jauh, meskipun secara syar’i masih bisa melibatkan satu pengamat untuk verifikasi,” terangnya.
Ia menegaskan, sistem ini memungkinkan pembangunan pos ru’yatul hilal merata di seluruh Indonesia.
“Dengan sistem kontrol jarak jauh, potensi keberhasilan ru’yatul hilal akan meningkat dan pergeseran tanggal bisa diminimalisir,” pungkasnya.


