Penguatan Ketahanan Pangan dan Energi sebagai Strategi Pengentasan Kemiskinan
Oleh: Mohammad Agung Ridlo
Kemiskinan memerlukan pendekatan komprehensif dengan sinergi ketahanan pangan, energi terbarukan, dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Kemiskinan merupakan masalah struktural yang memerlukan pendekatan komprehensif, mulai dari kajian makro hingga mikroskopis. Salah satu strategi efektif untuk mengatasi kemiskinan adalah menggabungkan ketahanan pangan dan energi dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Kajian Makro: Kemiskinan dan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Kemiskinan di Indonesia dilihat dari dua kelompok utama, yaitu warga miskin yang sudah terdata dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan warga miskin yang belum masuk dalam data tersebut. Penetapan status ini sangat penting agar bantuan sosial dan program penanggulangan tepat sasaran. Namun, masih banyak warga miskin yang belum terdata sehingga berisiko luput dari penerimaan bantuan.
Salah satu masalah utama yang dialami adalah tingginya jumlah rumah tidak layak huni yang menjadi ciri kemiskinan akut. Kondisi ini memperburuk kualitas hidup, kesehatan, dan produktivitas keluarga miskin sehingga pengentasan menjadi tantangan kompleks yang memerlukan intervensi multisektor.
Kajian Mikro: Rumah Tidak Layak Huni dan Solusinya dengan Sinergi Ketahanan Pangan dan Energi
Rumah yang tidak layak huni tidak hanya melambangkan kemiskinan ekonomi, tetapi juga mencerminkan ketahanan sosial yang rentan. Solusi efektif mengatasi masalah ini adalah melalui penguatan ketahanan pangan dan energi sebagai pondasi pembangunan berkelanjutan
Ketahanan pangan memastikan tersedianya pangan cukup dan bergizi, sedangkan ketahanan energi menjamin pasokan sumber energi yang terjangkau dan berkelanjutan. Jika kedua elemen ini dikuatkan bersama-sama, maka akan terbentuk daya tahan sosial ekonomi yang lebih kokoh
Sebagai contoh, penyediaan energi terbarukan di kawasan pertanian bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi pangan. Hal ini menurunkan biaya produksi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang mahal. Pada sisi lain, ketersediaan pangan yang stabil memperbaiki kesehatan masyarakat dan ketahanan sosial, yang pada akhirnya mendukung pengentasan kemiskinan
Pengembangan Kawasan Perdesaan Berbasis Agroenergi
Kawasan perdesaan memiliki potensi besar untuk dikembangkan melalui integrasi produksi pangan dan energi terbarukan dalam konsep agroenergi. Agroenergi menggabungkan pertanian dengan pemanfaatan energi alternatif lokal seperti biomassa, biofuel, tenaga surya, dan angin.
Pengembangan agroenergi di wilayah perdesaan memiliki manfaat yang signifikan, antara lain: menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat desa sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga; mendorong kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan energi dan pangan sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari luar kawasan; mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam lokal yang sebelumnya kurang dimanfaatkan; serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penerapan model ekonomi sirkular yang ramah lingkungan.
Model agroenergi menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam produksi dan pengelolaan, sehingga memberdayakan sekaligus meningkatkan keterampilan dan kelembagaan lokal.
Penguatan Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat
Keberhasilan strategi ketahanan pangan dan energi sangat bergantung pada kelembagaan yang kuat dan partisipasi aktif masyarakat. Kelembagaan yang solid dapat mengelola sumber daya secara berkelanjutan, sementara partisipasi masyarakat memastikan program sesuai kebutuhan lokal dan dampaknya nyata.
Penguatan kelembagaan dapat dilakukan dengan membentuk kelompok tani, kelompok energi terbarukan desa, serta pelatihan bagi pengurus lokal agar mampu mengelola program secara mandiri. Partisipasi publik juga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya.
Tantangan dan Peluang Ketahanan Pangan Energi Terbarukan
Beberapa tantangan utama yang dihadapi meliputi kesenjangan infrastruktur antara perkotaan dan perdesaan, terutama di daerah terpencil; ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar fosil serta penggunaan teknologi pertanian konvensional yang kurang ramah lingkungan; dan dampak perubahan iklim seperti kekeringan serta banjir yang memperburuk ketahanan pangan dan energi. Namun, terdapat peluang besar yang dapat dimanfaatkan, antara lain potensi sumber daya energi terbarukan yang melimpah seperti biomassa, tenaga surya, dan angin di Indonesia; kemajuan teknologi digital yang mempercepat integrasi dan pengelolaan sumber daya; serta dukungan kebijakan yang kuat disertai partisipasi masyarakat aktif sebagai modal utama keberhasilan.
Kesimpulan
Ketahanan pangan dan energi adalah fondasi strategis pembangunan nasional yang inklusif dan berkelanjutan. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, integrasi kedua aspek ini terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan menurunkan angka kemiskinan. Pendekatan yang menggabungkan pengembangan infrastruktur, teknologi tepat guna, dan pemberdayaan masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Dengan sinergi ini, pembangunan dapat berjalan responsif dan pro-rakyat miskin, mendukung pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya kuantitatif tetapi bermakna secara sosial dan lingkungan.
(Dr. Ir. Mohammad Agung Ridlo, M.T., adalah Ketua Program Studi S2 Magister Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi) Fakultas Teknik UNISSULA. Juga sebagai Sekretaris I Bidang Penataan Kota, Pemberdayaan Rakyat Urban, Pengembangan Potensi Daerah, dan Pemanfaatan SDA, ICMI Orwil Jawa Tengah. Selain itu juga menjadi Ketua Bidang Teknologi Tradisional, Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Jawa Tengah. Serta sebagai Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah)

