FITK UIN Walisongo
Seminar bertajuk “Membangun Etika dan Keamanan Siswa di Era Digital” di Hotel Grand Artos Magelang, Jumat (10/10).(Foto Ist)

FITK UIN Walisongo dan Kemenag RI Bahas Etika Digital: AI Harus Disertai Akhlak

MAGELANG[BahteraJateng] – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang bersama Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI, menggelar seminar bertajuk “Membangun Etika dan Keamanan Siswa di Era Digital” di Hotel Grand Artos Magelang pada Jumat (10/10).

Kegiatan ini diikuti ratusan pelajar dari berbagai sekolah dan madrasah di wilayah Magelang. Seminar menghadirkan tiga narasumber, yakni Anggota DPR RI Wibowo Prasetyo, Dekan FTIK UIN Salatiga Prof. Dr. Rasimin, dan Dekan FITK UIN Walisongo Prof. Fatah Syukur.


Dalam paparannya, Prof. Fatah Syukur menyoroti pentingnya etika dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI) di kalangan pelajar.

Menurutnya, teknologi AI membawa banyak manfaat bagi dunia pendidikan, tetapi tanpa literasi etis dapat menimbulkan dampak sosial negatif seperti penyebaran hoaks, manipulasi digital, hingga cyber bullying.

“Kita tidak bisa mematikan arus teknologi. Yang bisa kita lakukan adalah menanamkan nilai agar anak muda bukan hanya pintar, tapi juga beradab dalam dunia digital,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Rasimin menilai AI bukan ancaman, melainkan tanggung jawab baru bagi dunia pendidikan.

“AI bisa menjadi mitra strategis guru, tetapi pengguna harus tetap manusiawi dan tidak menjadikan teknologi sebagai pengganti moralitas,” jelasnya.

Dalam sesi lain, Wibowo Prasetyo menekankan pentingnya keamanan data digital bagi pelajar. Ia mengingatkan bahwa jejak digital bersifat permanen dan dapat berisiko jika disalahgunakan.

“Regulasi tanpa kesadaran hanya akan menjadi tulisan. Budaya digital yang aman harus dimulai dari diri sendiri,” tegasnya.

FITK UIN Walisongo menegaskan komitmennya untuk terus membangun pendidikan Islam yang adaptif terhadap era digital tanpa kehilangan nilai moral dan spiritualitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *