Forum Mursyidin Indonesia
Forum Mursyidin Indonesia (FMI) menggelar rapat terbatas di Pondok Pesantren Darul Ma’wa, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Sabtu (30/8).(Foto Ist)

Forum Mursyidin Indonesia Gelar Rapat, Soroti Penyimpangan Tarekat

DEMAK[BahteraJateng] – Forum Mursyidin Indonesia (FMI) menggelar rapat terbatas di Pondok Pesantren Darul Ma’wa, Mranggen, Demak, Jawa Tengah pada Sabtu (30/8).

Pertemuan ini dihadiri para mursyid, khalifah, badal, serta utusan dari berbagai daerah guna membahas perkembangan tarekat dan peran mursyid di tengah masyarakat.

Rapat dipimpin Syekh Prof. Dr. Abdul Hadi Muthohhar selaku tuan rumah. Dalam arahannya, ia menegaskan mursyid merupakan mata rantai yang menghubungkan murid dengan Nabi Muhammad SAW melalui tarekat. Karena itu, mursyid dituntut menjaga adab dan etika dalam membimbing umat.

“Seorang mursyid harus tulus, amanah, sabar, dan penuh rahmat, sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Mursyid tidak hanya membimbing secara lahiriah, tetapi juga batiniah agar murid mencapai tujuan spiritual yang hakiki,” ujarnya.

FMI menyoroti fenomena maraknya pihak yang mengaku mursyid, namun perilaku dan kedalaman ilmunya tidak mencerminkan kualitas seorang guru spiritual.

Popularitas melalui media sosial bahkan disebut kerap dijadikan jalan menuju panggung politik. Hal ini dinilai berpotensi menimbulkan penyimpangan dalam perjalanan tarekat.

Dalam forum, para mursyid yang tergabung dalam Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (Jatman) membahas sejumlah agenda organisasi, termasuk upaya meremajakan kepengurusan serta mengembalikannya sesuai Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Jatman (PD-PRT).

Selain itu, FMI juga menekankan pentingnya kesamaan tekad menjaga kesucian ajaran tarekat dari praktik-praktik menyimpang.

Tokoh-tokoh sufi yang hadir antara lain KH Abdurrohim dari Kalimantan Barat, KH Anis Buntet dari Cirebon, KH Barqul Abid dari Madiun, KH Fathurrohman Thoyib dari Pati, dan KH Hizbulloh dari Boyolali.

Selain isu internal tarekat, forum turut menyampaikan keprihatinan atas kondisi bangsa yang dilanda aksi unjuk rasa dan kerusuhan. Menurut FMI, hal itu dipicu kurangnya sensitivitas Dewan Perwakilan Rakyat terhadap aspirasi rakyat.

“FMI berharap para pemimpin negara dapat menjadi teladan yang baik, dan kami berdoa agar situasi nasional segera kondusif,” tutur Abdul Hadi.

Rapat ditutup dengan doa bersama. FMI menyatakan komitmen memperkuat peran mursyid dalam membimbing umat menuju kesejahteraan rohani dan duniawi serta menjaga kesinambungan ajaran sufi di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *