Rowi
Rowi, pengusaha meubel kayu jati kampung di Blora.(Dok BahteraJateng/Putut)

Modal Disiplin dan Kepercayaan, Meubel Kayu Jati Rowi Berkembang

BLORA[BahteraJateng] – Mengawali usaha tidak selalu harus memiliki modal uang yang cukup untuk memulainya. Dengan modal kedisiplinan dan kepercayaan, sebuah usaha mampu tumbuh dan berkembang.

Hal ini dibuktikan oleh Rowi, pedagang sekaligus pengusaha meubel kayu jati rakyat yang ditanam dilahan pribadi atau lebih dikenal jati kampung.

Semua itu terungkap ketika BahteraJateng berkunjung ke workshopnya di Desa Tempellemahbang, Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora pada Rabu (10/12).

“Setiap kali ditanya modal awal usaha, saya tidak pernah bisa menjawab. Karena semua ini modal kepercayaan, dan kedisiplinan saya pada pembeli atau pemilik modal,” ucap Rowi kepada BahteraJateng.

Rowi menyampaikan, proses dari awal hingga menjadi seperti ini butuh proses.

“Proses ini tidak sebentar mas, awalnya saya ikut orang belajar taksir kubikasi kayu pada pohon berdiri. Sampai saya paham usia tanaman jati serta kualitas kayu dilihat dari lebar kecilnya, warna, dan tebal tipisnya daun tanaman jati, hingga dipercaya langsung oleh bos kapal untuk suplai kayu,” ucap Rowi.

Karena kepiawaiannya inilah, Rowi dikenal mulai Bojonegoro bagian barat, Tuban Selatan, Rembang, dan Blora sebagai pedagang kayu jati kampung.

“Sampai saat ini, saya juga tidak tahu omzet saya berapa, karena bagi saya, jangan suka duit, tapi suka bekerja, tidak jumawa, disiplin, dan bisa memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Dan satu hal yang selama ini saya jaga, saya tidak pernah merasa tersaingi dalam usaha yang saya jalani, sehingga menjalankan usaha tidak pernah merasa gelisah,” ujar Rowi.

Berdasar pengamatan BahteraJateng di workshopnya, omzet usaha Rowi ratusan juta dengan 15 tenaga tetap, dan masing-masing tenaga mengerjakan pekerjaan berbeda yang menandakan pesanan barang masih mengalir cukup banyak.

“Kalau boleh saya memberi pesan, selain disiplin, bisa jaga kepercayaan, pelajari ilmu usahanya sampai paham, dan tetap jaga kualitas produk yang dihasilkan,” tuturnya.

Trik Melihat Kualitas Kayu Jati Kampung

Rowi mengungkapkan triknya untuk menaksir kualitas kayu saat pohon masih berdiri.

“Sekilas dilihat daunnya, kalau daunnya masih lebar, kemungkinan besar tanaman masih muda, warna kayu masih putih. Jati kampung usia tanaman sudah tua, daunnya tumbuh tidak lebar,” kata Rowi.

Selain besar kecilnya daun, kondisi tajuk dan tebal tipisnya daun juga dapat diketahui usia tanaman.

“Tajuk tanaman juga begitu, semakin tajuknya tidak rindang, tanaman berusia tua. Bahasanya begini, kalau jati ngrembuyung (rindang-red), kemungkinan usianya masih muda. Nah, kalau tebal tipisnya daun berpengaruh pada tebal tipisnya kulit batang. Semakin tebal daun, semakin tebal pula kulit kayunya,” ungkap Rowi.

Lebih lanjut Rowi menyampaikan beberapa trik memilih kayu sesuai kegunaannya.

“Jati kampung itu beda dengan jati hutan. Pertumbuhan jati kampung lebih cepat besar. Kalau saya ada pesanan balokan untuk kusen, usuk, atau soko (tiang utama-red), biasanya memilih pohon yang lurus dan tumbuh diatas batu. Tapi kalau papan, saya memilih pohon yang tumbuhnya miring. Biasanya kalau pohon yang tumbuh tegak lurus, bila dibuat papan, saat dijemur akan pecah,” pungkas Rowi.(day)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *