FITK UIN Walisongo dan Diktis Kemenag Gelar Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Berbantuan AI
PURWOREJO[BahteraJateng] — Dalam menghadapi era transformasi digital di dunia akademik, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama RI menggelar Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Berbantuan Kecerdasan Artifisial (AI) di Wisma PKPRI Kabupaten Purworejo pada Sabtu (25/10).
Kegiatan ini diikuti oleh dosen dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kabupaten Purworejo. Tujuannya adalah memperkuat kapasitas akademisi agar mampu memanfaatkan teknologi AI secara produktif, etis, dan bertanggung jawab dalam proses penulisan karya ilmiah.

Dekan FITK UIN Walisongo Semarang, Prof. Fatah Syukur, dalam sambutannya menekankan pentingnya literasi digital dan kesadaran etis dalam menggunakan kecerdasan buatan.
Ia menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat bantu yang seharusnya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kualitas tulisan akademik.
“AI bisa sangat membantu, asal tidak membodohi kita. Gunakan secara bijak dan tetap ingat bahwa setiap karya ilmiah akan diuji keasliannya. Integritas ilmiah adalah hal utama,” tegas Prof. Fatah.
Ia menambahkan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian FITK dalam menyiapkan dosen dan mahasiswa agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi tanpa kehilangan nilai-nilai akademik.
Sebagai narasumber kedua, Djamal, dosen STAI Nahdlatul Ulama Purworejo, menyampaikan bahwa AI perlu diposisikan sebagai mitra intelektual yang memperkaya proses berpikir ilmiah.
“AI jangan dianggap jalan pintas, tapi ruang belajar baru. Dengan nalar akademik yang kuat, AI bisa menjadi sahabat produktivitas, bukan pengganti manusia,” ujarnya.
Sementara itu, Wibowo Prasetyo, anggota Komisi VIII DPR RI, menekankan bahwa pemanfaatan teknologi harus diarahkan untuk mendukung agenda nasional peningkatan kualitas pendidikan dan riset.
“Kita perlu menyiapkan generasi akademisi yang melek digital tapi tetap beretika. AI bukan musuh, melainkan alat percepatan kemajuan bangsa,” katanya.
Wibowo mengapresiasi langkah FITK UIN Walisongo dan Diktis Kemenag RI yang telah menghadirkan pelatihan tematik ini sebagai bentuk nyata dukungan terhadap pendidikan tinggi yang adaptif dan visioner.
Kegiatan diakhiri dengan sesi praktik dan refleksi. Para peserta menyambut positif pelatihan ini karena membuka wawasan baru tentang pemanfaatan AI secara etis dalam penulisan ilmiah.
Prof. Fatah menutup kegiatan dengan pesan, bahwa AI hanyalah alat, tapi integritas tetap manusia yang memegang kendali.

