|

Peta Pilgub Jateng 2024 Tanpa Kaesang

Oleh Agus Widyanto

KOMITMEN DPR dan Istana melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60/PUU-XXII/2024 dan Putusan MK Nomor 70/PUU-XXII/2024 secara drastis akan mengubah peta Pilkada Serentak 2024. Termasuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 2024, yang semula seperti mengalami tarik-ulur dan saling menunggu karena ada wacana putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, akan dicalonkan sebagai Cawagub mendampingi Komjen (Pol) A Lutfi, kini menjadi lebih cair.

Prediksi pra-putusan MK pasca putusan Mahkamah Agung yang menghitung umur pencalonan berdasarkan waktu pelantikannya, Kaesang punya peluang ikut kontestasi di Pilgub Jateng. Partai Gerindra terpaksa menarik mundur kadernya, Sudaryono, yang sudah disiapkan untuk maju, dan beralih mendukung Ahmad Lutfi dan Kaesang. Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Jateng konon akan mendapat kekuatan tambahan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Artinya, semua partai berkumpul mendukung Lutfi-Kaesang, sebelum putusan MK. Hanya Terisa PDI Perjuangan yang bisa mengusung secara mandiri, dan PKB yang sempat menyatakan tak tertarik mendukung Ahmad Lutfi.

Kini setelah ada Putusan MK yang baru, Kaesang tidak mungkin dicalonkan. Ini asumsi positif yang bisa saja berubah jika terjadi “pembegalan” aturan Pilkada Serentak 2024, mungkin dengan cara yang kita belum tahu. Jika asumsi positif bisa berlaku sampai Pilkada Serentak 2024 selesai, dipakai, dan sepertinya sudah diafirmasi dengan pernyataan Gerindra yang akan mengusung Paslon Cagub Ahmad Lutfi dan Cawagub Taj Yasin Maimoen di Pilgub Jateng 2024, peta persaingan dan model kompetisinya bisa berubah.

Dalam konteks peta persaingan, asumsi semula akan terjadinya duel satu pasang lawan satu pasang (head to head) antara Paslon Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus PKS dengan Paslon PDI Perjuangan yang memiliki 26,59 persen suara di Jateng, bisa berubah jika Partai Kebangkitan Bangsa berani mengusung Paslon sendiri. Di Pemilu legislatif 2024, PKB meraih 3.036.464 suara atau setara 15,32 persen. Mengacu putusan terbaru MK, pengusungan Pilgub jateng minimal setara dengan 8 kursi DPRD jateng yang jumlah keseluruhannya 120 kursi. Di Jateng Partai Gerindra berada di urutan ketiga dengan perolehan 2.592.886 suara atau 13,08 persen, dan Partai Golkar di peringkat ke-4 dengan 2.253.697 suara atau 11,37 persen, sedangkan PKS ada di urutan kelima dengan 11 kursi, jika membelot dari KIM Plus, juga bisa mengajukan Paslon Cagub-Cawagub Jateng secara mandiri.

Melihat wajah perpolitikan kita sekarang, kuat diduga koalisi KIM Plus tetap solid, sehingga peta pasangan calon yang memungkinkan hanya dua Paslon: KIM Plus vs PDI Perjuangan. PKB yang bisa mengusung sendiri, kemungkinan akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan dengan menempatkan kadernya sebagai Cawagub. Ini prediksi premature, yang bisa berubah jika mendadak PKB punya energi baru.

Karena PDI Perjuangan masih menyimpan nama yang akan diusungnya, kita hanya bisa membuat simulasi berdasarkan asumsi. Yang pertama, jika PDI-P dan PKB berkoalisi dan sepakat untuk mengusung Andika Perkasa (Kader PDI-P mantan Panglima TNI) dan Gus Yusuf (Ketua DPW PKB Jateng). Dengan asumsi itu, Pilgub Jateng 2024 akan terjadi head to head antara Ahmad Lutfi-Taj Yasin vs Andika Perkasa-Gus Yusuf. Kompetisi yang menarik, karena ada dua Paslon yang sama-sama berasal dari sosok aparat bersenjata (TNI-Polri) dan wakil dari ulama.

Soal peluang siapa yang menang, karena ada dua Paslon tentu saja 50: 50, orang menyebutnya fifty-fifty. Apakah jenjang kepangkatan -Andika adalah jenderal penuh, bintang empat, sementara Lutfi perwira tinggi bintang tiga, akan menjadi kekuatan dalam aksi meraih dukungan, kita akan melihatnya dari hasil nanti kalau “duel meet” ini terjadi. Pertanyaan yang sama juga akan dijawab dari hasil nanti, mengenai apakah Lutfi yang 4 tahun menjadi Kapolda Jateng memiliki pendukung lebih banyak dari Andika yang selama karirnya tidak pernah bertugas di Jawa Tengah?

Bagaimana dengan asumsi kedua, jika yang diusung PDI-P dan PKB adalah Hendrar Prihardi (Hendi) dan Gus Yusuf? Peta persaingannya tentu akan berubah karenba Hendi tidak berasal dari institusi bersenjata. Dia adalah kader partai yang berkesempatan menjadi Anggota DPRD Jateng, menjadi Wakil Walikota Semarang, menjadi Walikota Semarang satu setengah periode, dan kini menjadi pejabat setingkat Menteri sebagai Kepala LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). Hendi juga aktif di Medsos dan punya banyak follower.

Jika asumsi kedua yang terjadi, kompetisi Pilgub Jateng 2024 tentu akan ramai di jagat nyata dan jagat maya. Mungkin Hendi akan terlihat unggul di udara, sementara Lutfi akan menguatkan aksi teritorial di wilayah hukum yang empat tahun pernah dipimpinnya. Soal siapa yang bakal unggul, hasil perhitungan suaralah yang akan menjawabnya.

Masih ada asumsi ketiga, yakni jika PDI-P maju sendiri dengan mengusung Andika dan Hendi dalam satu paket untuk berhadapan dengan Lutfi dan Taj Yasin. Kalau ini terjadi, dunia persilatan (politik) bisa geger. Ini akan menjadi pertarungan hidup mati di kandang banteng, semua akan tampil all out, habis-habisan. Yang pasti PDI-P punya pendukung yang loyal di Jateng, namun untuk memenangkannya tidak mungkin mengandalkan suara sendiri. Perlu suara dari simpatisan partai lain supaya bisa 50 persen plus satu perolehannya.

Itu asumsi yang saat ini bisa diperkirakan. Kalau muncul pola lain, tentu perlu dibahas ulang. Yang pasti, selama Provinsi Jawa Tengah ada, dalam daftar deretan gubernur yang pernah menjabat di Jateng, biasanya dari tokoh TNI dan sipil. Baru kali ini, tepatnya sejak 5 September 2023 seorang perwira polisi menjadi Penjabat Gubernur Jawa Tengah. Namanya Komjen Pol Nana Sudjana, sebelumnya pernah menjadi Kapolda Metro Jaya dan Inspektur Utama Setjen DPR RI. Nana akan menjadi perwira Polri pertama yang fotonya terpasang dalam daftar Gubernur Jawa Tengah.

Bagaimana Pilgub Jateng 2024 akan terjadi, mari kita ikuti dengan seksama. Kita kawal supaya kompetisi berlangsung secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Perlu kita catat waktunya: Rabu Pon, 27 November 2024. Neptunya 14 (Rabu 7, Pon 7), yang menurut primbon memiliki sifat dinamis (Rabu) dan stabil (Pon), serta memiliki ketegasan dalam pendirian dan kemampuan untuk menghadapi tantangan dengan tenang dan bijaksana.

(Agus Widyanto, wartawan senior, peminat kebudayaan dan falsafah Jawa)

3 Comments

    1. Jangan lupa cawe² penguasa yg tidak mendidik, ada peluru² yg sudah disiapkan mirip seperti pola Pilpres 2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *